ALiena's

ALiena's
My Lovely

Kamis, 12 April 2012

Tanda-Tanda Kekuasaan Allah


TAFSIR AYAT AL QUR’AN TENTANG TANDA KEKUASAN ALLAH SURAT AL ANBIYA (21) AYAT 30
A. Pendahuluan
Para pakar ahli ilmu pengetahuan di abad modern ini masih menggali pengetahuan tentang asal usul alam semesta. Mereka belomba-lomba dengan teorinya masing-masing untuk mengungkapkan bahan pertama yang membentuk alam semesta termasuk matahari dan planet-planet di dalamnya. Akhir abad ke-20, mereka baru membuka tabir misteri luar angkasa yang padahal Al-Qur’an 14 abad yang lalu sudah membicarakan dan memberikan kabar kepada manusia tentang asal usul alam semesta ini. Akan tetapi, para ilmuan barat baru memahami sekarang dengan teori yang mereka kenal; The Big Bang Theory. Tidak sedikit ketika mereka memahami bahwa Al Qur’an memang berasal dari Tuhan dengan kebenarannya, mereka masuk Islam.
Ajaran Islam memang ajaran yang bisa di fahami dengan akal, karena pada dasarnya akal itu sendiri di ciptakan untuk memahami ajaran Islam. Alangkah bodohnya orang yang telah mengetahui kebenaran Islam tapi ia enggan untuk masuk Islam.
B. Asal Usul Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah dan Bantahan Terhadap Orang-Orang Kafir
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)
At Tarjamah :
“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. [QS. Al Anbiya (21) : 30 ]
C. Ma’aaniya Al Musykilat
1. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ, Hamzah pada lafadz أَوَلَمْ menunjukan lil inkari artinya pertanyaan yang bermakna pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah kalian tidak berfikir dan tidak mengetahui ?.
2. كَانَتَا رَتْقًا, Imam Al Akhfasy berkata : Lafadz كَانَتَا menunjukan penggabungan langit dan bumi sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41)
Artinya : “ Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “.[1]
3. فَفَتَقْنَاهُمَا , ya’ni terpisah suatu bagian dari bagian yang lain, lalu kami tinggikan langit dan menetapkan Bumi pada tempatnya.[2]
4. وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, ya’ni kita hidup dengan air yang Allah turunkan dari langit untuk menghidupkan segala sesuatu, termasuk hewan dan tumbuhan. Ma’nanya adalah air itu merupakan unsure penyebab hidupnya makhluk hidup. Dikatakan : yang dimaksud air adalah air mani. Mayoritas ahli tafsir berpendapat : “ Ini adalah hujjah bagi kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah dan keluasan ciptaan-Nya “.
5. أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, untuk mengingkari mereka, karena mereka tidak beriman. Padahal telah ada ketetapan dari tanda-tanda tuhan mereka.[3]
D. Ma’na Al Ijmaly
a. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Pada ayat ini Allah SWT menegaskan tentang kekuasaannya yang sempurna dan Maha Agung atas seluruh makhluknya. Allah menciptakan langit dan Bumi beserta segala isinya adalah dalil akan keberadaan wujudnya. Ia menyatakan pertanyaan yang berma’na pengingkaran sebagai bantahan kepada siapa saja yang tidak mengakui eksistensi dirinya. Nalar orang-orang kafir di gugah oleh ayat di atas dengan menyatakan : Dan apakah orang-orang kafir belum juga menyadari apa yang telah Kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak melihat , yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan mata bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian Kami pisahkan keduanya.[4]
b. وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, Dan Kami jadikan dari air yang tercurah dari langit, yang terdapat di dalam bumi dan yang terpancar dalam bentuk sperma segala sesuatu yang hidup. Maka apakah mereka buta sehingga mereka tidak juga beriman tentang keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satu pun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?
E. Tafsir At Tafsily
a. أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini menurut perkembangan pengetahuan yang ada pada zamannya. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa tujuh lapis langit dengan bumi kita ini asal mulanya adalah bersatu padu, lalu Allah memisahkan keduanya. Tujuh lapis langit naik ke atas dan tujuh lapis bumi di hamparkan. Di antara langit yang terdekat yaitu langit dunia dan bumi kita ini dipisahkan dengan udara (hawa). Maka langit pun menurunkan hujan, bumi menumbuhkan tumbuhan.[5]
Menurut riwayat Ibnu Abi Hatim, diterimanya dari ayahnya, dari Ibrahim bin Abi Hamzah, menyampaikan kepada kami Hatim dari Hamzah bin Abi Muhammad, ’Abdillah bin Dinar dari Ibnu ’Umar; bahwa datang seseorang kepada beliau bertanya tentang hal langit yang banyak itu dan bumi, yang mulanya sekepal lalu Allah memisahkannya. Kemudian Ibnu ‘Umar berkata: “Pergilah kepada tuan Syaikh dan tanyakan kepada beliau, setelah itu kembali kepadaku dan katakana apa jawabannya”. Maka orang itupun pergi kepada Ibnu ‘Abbas menanyakannya. Lalu Ibnu Abbas menjawab: “ Benar! Mulanya langit sekepal tidak menurunkan hujan, bumi pun sekepal tidak ada yang tumbuh. Tatkala Allah menciptakan penghuni bagi bumi, langit pun ditakdirkan untuk menurunkan hujan dan bumi ditakdirkan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan “.
Setelah menerima jawaban tersebut orang itu pun kembali kepada Ibnu ‘Umar dan menceritakan jawaban itu. Maka berkatalah Ibnu Umar: “ Sekarang tahulah aku bahwa Ibnu Abbas telah diberi ilmu Al-Qur’an. Dia memang benar keadaannya”, kata Ibnu Umar selanjutnya: “ Telah pernah aku katakan bahwa aku kagum atas keberanian Ibnu Abbas menafsirkan Al-Qur’an! Sekarang tahulah aku bagaimana mendalamnya ilmu yang telah diberikan kepadanya ”.[6]
Para ahli tafsir berbeda pandapat tentang ma’na firman Allah; langit dan bumi yang bersatu padu.
Diantara mereka berpendapat bahwa; Mulanya langit dan bumi itu menyatu, lalu Allah memisahkannya dan menjadikannya tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.[7]
Dari Ikrimah : Keduanya bersatu padu dan tidak keluar sesuatu pun dari keduanya, lalu terpisahlah langit dengan adanya hujan dan bumi dengan tumbuhnya pepohonan, sebagaimana firman Allah dalam surat Ath Thoriq : 11-12
وَالسَّمَاءِ ذَاتِ الرَّجْعِ (11) وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ (12)
Artinya : “ Demi langit yang mengandung hujan. Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan ”.[8]
Dalam tafsir Al-Muntakhab dikemukakan dua diantara sekian banyak teori tersebut.
Teori yang pertama, berkaitan dengan terciptanya tata surya. Disini disebutkan bahwa kabut disekitar matahari menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat. Atom-atom itu kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi, dengan membawa kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu, akumulasi itu semakin bertambah besar sehingga membentuk planet-planet, bulan dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri mengakibatkan bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah tinggi. Dan pada aat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar uap air dan karbondioksida akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setelah itu adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama tumbuhan generasi awal dan rumput-rumputan.[9]
Selanjutnya dikemukakan oleh para pakar penyusun tafsir Al Muntakhob itu bahwa teori kedua dan yang dapat difahami dari firman Allah di atas menyatakan bahwa bumi dan langit pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu masa. Hal ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya. Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling berkaitan dan di bawah tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal. Selain itu, penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi, sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola dan jari-jarinya tidak lebih dari tiga juta mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi ’...fa fataqnaahuma...’ merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda alam raya ke seluruh penjuru yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.[10]
b. أَفَلَا يُؤْمِنُونَ وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, “Dan dari air kami jadikan segala sesuatu yang hidup”, yakni pangkal bagi setiap yang hidup. Imam Ahmad meriwayatkan dari Abi Hurairah RA, dia berkata: “ Aku berkata, wahai Rasulullah, sesungguhnya apabila aku melihatmu, maka senanglah hatiku dan suka citalah aku. Maka beritahukanlah kepadaku ihwal segala perkara. Beliau bersabda, ‘Segala makhluk tercipta dari air’. Aku berkata beritahukanlah kepadaku sebuah amalan yang jika aku lakukan, maka aku akan masuk surga. Beliau bersabda, ‘Sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan, sambungkanlah tali silaturrahim dan dirikanlah shalat malam tatkala orang-orang terlelap tidur. Kemudian Allah akan memasukanmu ke dalam surga dengan aman’ ”. ( HR. Ahmad )[11]
Dari Qotadah : ‘Setiap segala sesuatu yang hidup itu diciptakan dari air ‘.[12]
Ada yang memahami ayat ini dalam arti segala yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala sesuatu adalah dengan air, atau Kami jadikan dari cairan yang terpancar dari shulbi (sperma) segala yang hidup ya’ni dari jenis binatang.
Para pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.[13]
F. Tafsir Kontekstual
1) Asal Usul Alam Semesta
Ayat ini dipahami oleh sementara ilmuwan sebagai salah satu mukjizat Al Qur’an yang mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukkti yang cukup kuat, yang menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang diistilahkan oleh ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu terpisah sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Memang kita tidak dapat memperatasnamakan Al Qur’an mendukung teori tersebut, namun agaknya tidak ada salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman Allah di atas.[14]
Pada abad ke-20 ini, tepatnya pada tahun 1927, Georges E. Lemaitre (1894-1966) ahli kosmologi Belgia telah mengutarakan suatu teori yang terkenal bernama ‘ The Big Bang Theory ‘ ( Teori Dentuman Besar ), yang menyatakan bahwa alam semesta bermula dari ledakan atom pertama. Menurut teori ini, pada akhir zaman semua benda-benda yang di alam semesta akan berkumpul kembali ke satu pusat yang sama, yang bernama lubang hitam ( black hole ).[15]
Sepanjang 1920-an, para ahli astronomi mengetahui bahwa alam semesta terlihat mengembang ke segala arah, dan hal itu membingungkan mereka. Lemaitre mengatakan bahwa setiap benda di alam semesta pada suatu waktu merupakan kesatuan seperti bola salju. Bola ini kemudian meledak dan terpecah, seperti halnya serpihan-sepihan yang terlempar ketika bola salju menghantam dinding.
Meskipun kejadian itu telah berlangsung pada masa lampau, tetapi bagian-bagian alam semesta; berbagai galaksi dan bintang-bintang yang kita kenal kini tetap bergerak memisah. Lemaitre menamakan ledakan ‘atom pertama’ (primeval atom) yang mengawali alam semesta itu ‘dentuman besar (big bang)’. Kini, teori ‘dentuman besar’ alam semesta ini diakui oleh semua astronom dunia.[16]
Edwin Hubble menemukan melalui teleskopnya bahwa galaksi menjauh dari Bumi pada kecepatan sebanding dengan jaraknya. Semakin jauh jarak sebuah galaksi, semakin besar kecepatannya menjauh dari Bumi. Setiap jarak 1 tahun cahaya, sebuah galaksi menjauh pada kecepatan 16 km/ detik. Artinya, alam semesta mengembang dalam kecepatan tak terbayangkan.[17]
2) Keajaiban Air
Para pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi itu akan berarti kematian.[18]
G. Al Khulaashoh
1) Allah SWT mengajak orang-orang kafir untuk menggunakan nalarnya bahwa jika mereka berfikir dan mengetahui langit dan bumi itu mulanya bersatu padu, lalu dengan kekuasaan-Nya terpisahlah langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran Allah.
2) Segala sesuatu yang hidup itu berasal dari air dan air merupakan sumber kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
3) Orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kebesaran Allah berarti mereka kafir.
4) Kebenaran absolut ajaran Islam bisa dibuktikan secara ilmiah.
5) Hendaknya orang-orang mu’min bertambah keimanannya setelah mengetahui akan kebanaran Al Qur’an yang telah dibuktikan oleh fisikawan modern.
.
Daftar Pustaka
Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Al Kursyi Ad Damsyiqi. Tafsir Ibnu Katsir. Beirut : Al Ashriyah. 2000
Buya HAMKA. Tafsir Al Azhar. Jakarta : Pustaka Panjimas. 1983
Imam Ath Thobary. Jaami’ul Bayan Fii Ta’wil Al Qur’an. Beirut : Daar Al Kutub Al Alamiyah. 1992
Muhammad Nasib Ar Rifa’I. Ringkasan Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema Insani. 2000
Quraish Shihab. Tafsir Al Misbah.


Pengantar
Al-Quran adalah pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim di manapun dia berada. Al-Quran adalah sumber hukum bagi orang islam dalam menjalani setiap amal ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dari Al-Quranlah kita dapat memahami apa saja yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan dan apa saja yang Allah larang kepada kita untuk dilakukan. Al-Quran juga adalah sebuah bukti keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan ini maka kita menyadari bahwa sebenarnya tidak mungkin Nabi Muhammad yang membuatnya, karena di dalamnya terdapat hal – hal ghaib dan wawasan yang luar biasa luas yang tidak mungkin seorang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.
Bila seorang muslim mengikuti ajaran agamanya yang ada dalam Al-Quran, maka niscaya ia akan mendapatkan kebahagiaan di dunia juga di akhirat. Semua yang terkandung dalam Al-Quran adalah kebaikan dan kebenaran, maka seorang muslim dalam melaksanakan semua aktivitas – aktivitasnya seharusnya menjadikan Al-Quran sebagai landasan baginya untuk beramal dan beraktivitas. Dan orang yang paling mengikuti Al-Quran dalam kegiatan dan, aktivitas, dan amalannya adalah Nabi Muhammad. Hal ini dijelaskan oleh Aisyah istri Rasulullah bahwasanya
akhlak Nabi Muhammad adalah Al-Quran, yang artinya bahwa setiap tindakan dan aktivitas yang dilakukan oleh Rasulullah semuanya berlandaskan Al-Quranul Karim. Maka sudah seharusnya bagi kita, ummat Nabi Muhammad agar mengikuti tuntunan Nabi kita yaitu Nabi Muhammad dengan cara mengamalkan apa yang ada di Al-Quran, atau setidaknya kita berusaha untuk mengamalkannya. Akan tetapi bila kita termasuk orang yang hanya membaca Al-Quran saja, maka kita pun sudah mendapatkan pahala dari bacaan kita, apalagi jika kita dapat mengamalkan yang ada di dalam Al-Quran, yang notabene tidak semua dari kita dapat melakukannya.
Al-Qur’an merupakan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah kepada manusia agar manusia mengerti dan tahu terutama tentang alam sekitaranya yang pada waktu itu manusia masih memilki pengetahuan yang minim tentang alam semesta. Pada zaman Nabi dan para sahabat, banyak hal-hal yang masih bersifat misteri tantang ayat-ayat yang diturunkan Allah. Setelah ilmu pengetahuan berkembang, banyak ayat-ayat Al-Quran terbukti berjalan seiringan dengan ilmu pengetahuan. Saat manusia masih buta tentang alamnya, Al-Qur’an datang dengan membawa perubahan.
Bab I. Surah Al-Baqarah Tentang Penciptaan Langit
Salah satu bukti bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang agung adalah, dalam Al-Quran kita dapat mendapati fenomena – fenomena keilmuan yang mana fenomena-fenomena tersebut baru dapat diketahui dan dianalisa pada zaman modern ini. Salah satu contoh adalah keajaiban dalam bidang astonomi. Banyak ayat dalam Al-Quran yang menyatakan tentang penciptaan alam semsta, diantaranya adalah firman Allah yang berbunyi :
” Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[1] Al-Qur’an Surat Al Baqarah 2;29
Dalam ayat ini dikatakan bahwa Allah sendiri yang menciptakan langit dan bumi, karena kata dhamir yang digunakan dalam ayat ini adalah huwa yang artinya dia seseorang. Maka dalam ayat ini kita dapat melihat kebesaran Allah dalam menciptakan bumi dan langit, yang Dia lakukan sendiri tanpa bantuan dari siapapun, karena Allah Maha Kuat dan Maha Agung. Allah juga Maha Mengetahui, maka ilmu pengetahuan Allah meliputi segalanya, termasuk ilmu tentang penciptaan alam semesta. Pengertian ini sama dengan yang terkandung dalam ayat lainnya
Apakah Allah yang menciptakan itu tidak mengetahui (yang kalian lahirkan dan yang kalian sembunyikan) ?”[2] Al-Qur’an Surat Al-Mulk 67; 14
Pengertian ini juga sama dalam ayat yang lainnya:
Katakanlah: Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat ) demikian itulah Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan (penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada bumi,’datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau terpaksa’. Keduanya menjawab,’Kami datang dengan suka hati’. Maka Dia menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang cemerlang dan Kami memeliharany dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”[3] Al-Quran Surat Fushilat 41; 9-12
ayat di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan langit dengan tahapan-tahapan dan fungsinya masing-masing.Kembali kepada penjelasan surat al-Baqarah ayat 29, yaitu ketika sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan beberapa sahabat lainnya menafsirkan tentang ayat ini berkata,” Pada mulanya Allah menjadikan air dan metakkan ‘Arasy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan makhluk, Dia mengeluarkan uap air dikeringkan dan Dia menjadikannya tanah, kemudian membelahnya menjadi tujuh petaka dalam dua hari: Ahad dan Senin. Lalu meletakkan bumi di atas ikan yang tersebut dalam ayat 1 surat al-Qalam. Ikan besar (nun) berada di dalam air. Ar berada di atas permukaan batu, sedangkan batu berada di atas panggung malikat. Malaikat berada di atas batu besar dan batu besar berada di atas angin. Batu besar inilah yang disebut Luqman bahwa ia bukan berada di langit, bukan pula di bumi. Kemudian ikan besar itu bergerak, maka goncanglah bumi, lalu Allah memasang pasak yang berupa gunung-gunung, sehingga bumi menjadi tenang.[4]
Mungkin tanpa adanya perkembangan sains, kita tidak akan mempercayai semua yang tertulis dalam Al-Quran. Tapi dengan adanya teknologi sekarang yang berkembang menyebutkan bahwa pada dasarnya bumi itu sendiri memiliki lapisan-lapisan lagit yang berjumlah beberapa lapisan. Setiap lapisan-lapisan itu sendiri mempunyai fungsi dan ketinggian yang berbeda satu sama lain. “Para ilmuan menemukan bahwa atmosfer terdiri dari beberapa bagian. Lapisan-lapisan tersebut berbeda dariciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan yang terdekat dengan bumi disebut dengan troposfer. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer stratosfer. Lapisan ozon adalah bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di atas stratosfer disebut mesosfer. Termosfer berada di atas mesosfer. Gas-gas terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut ionosfer. Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km. bagian ini dinamakan eksosfer.”[5]
Bab II Kekuasaan Allah Dalam Penciptaan Langit
Ayat kedua yang menceritakan tentang alam semesta terdapat dalam surat Adz-Dzariyat pada ayat 47. Allah berfirman:“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan/ tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”
Ayat ini juga menandakan bahwasanya Allah itu Maha Agung, dan hanya milik Allah saja semua yang ada di langit dan di bumi. Kekuasaan Allah yang Maha Luas itu dapat kita rasakan bila kita selaku muslim bisa menyadarinya. Dengan selalu menambah wawasan agamanya dan terus belajar maka kita tahu bahwa semua yang ada di sekitar kita adalah milik Allah, maka tidak sepatutnya bagi manusia untuk menyombongkan dirinya. Semakin banyak yang diketahui tentang kekuasaan Allah itu, bertambah pula kesadran bahwa ilmu yang dimiliki manusia sangatlah terbatas.
Sebagian ulama, terutama ulama-ulama terdahulu memaknai kata aydin dengan tangan yang sesungguhnya. Jadi Allah benar-benar memiliki tangan secara hakiki. Adapun sebagian ulama yang lainnya, yaitu ulama-ulama kontemporer memaknai kata tersebut dengan kekuasaan. Adapun yang mengartikannya dengan tangan, maka hanya Allah saja yang mengetahui bagaimana tangan-Nya itu.[6]
Ayat diatas berbentuk kalimat nominal atau aljumlahismimiyah, yang bertujuan li ta’kid wal istimrar dan itu mengindikasikan bahwa proses yang dikemukakan pada ayat ini berlangsung secara terus menerus. Makna bana yang tercantum pada ayat diatas,  dalam konteks penciptaan langit (as-sama’) dipergunakan oleh Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya yang lain dengan makna: kekuatan, otoritas, kontrol. Jadi penciptaan langit / galaksi dilakukan atau ditangani dengan control langsung dari Allah dengan system yang berlangsung. Selanjutnya, ungkapan wa inna lamusiuna yang menggunakan ism fail semakin memperbuat makana keberlangsungan proses penciptaan galaksi-galaksi ini, dan lafal ini menunjukkan bahwa: galaksi / langit it uterus menerus berkembang dan melakukan ekspansi. Hal tersebut sejalan dengan sifat hukum singularitas alam semesta, yang telah diteliti oleh para ilmuan akhir abad-20.[7]
Dengan dua ayat yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dibuktikan bahwa Al-Quran adalah kitab yang universal, yang tidak hanya berisi tentang kaidah-kaidah agama saja. Dan yang paling penting adalah bahwa kebenaran yang terdapat dalam Al-Quran, terutama tentang alam semesta dapat dibuktikan dengan perkembangan sains.
Di dalam Al-Quran masih banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta. Di antaranya adalah surat Az-Zumar Allah berfirman:”Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam[8].” Ayat ini berbicara tentang fungsi langit dan bumi. Di dalam ayat yang lain Allah juga berfirman : :”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan Allah) yang ada padanya[9].”Ayat ini berbicara juga tentang fungsi langit bagi kehidupan manusia.
Dan masih banyak ayat-ayat lainnya yang tidak hanya berbicara tentang penciptaan alam semesta, akan tetapi juga berbicara tentang ilmu pengetahuan lainnya ataupun hal-hal yang berhubungan dengan sains. Maka kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya Al-Quran ternyata kaya makna.
Kesimpulan
Al-Qur’an diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW atau 1400 tahun dari sekarang. Bisa dipastikan pada saat itu teknologi dan perkembanan ilmu pengetahuan tidak sepesat sekarang. Pada jaman dulu, benda angkasa yang paling jauh yang bisa dilihat oleh manusia di bumi hanyalah bintang, dan bentuknya-pun hanya titik-titik kecil. Kalau dibandingkan dengan sekarang, dengan menggunakan teknologi yang maju kita dapat menyaksikan kekuasaan Tuhan yang Maha Besar. Kita, manusia itu sendiri merupakan satu titik kecil ditengah angkasa raya yang sangat besar.
Bukti-bukti Al-Qur’an yang selama ini diketahui tidak bersinggungan dengan ilmu-ilmu pengetahuan terutama astronomi. Seperti sudah dipaparkan diatas tadi tentang ulasan-ulasan mengenai berbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang ilmu-ilmu astronomi yang mengindikasikan bahwa Al-Qur’an itu sendiri bersifat universal dan selamanya. Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat yang diturunkan pada masa Nabi Muhammad sampai masa sekarang masih terbukti kebenarannya. Hal yang diutarakan 1400 tahun sebelum kita ternyata masih terbukti sampai sekarang dan berjalan seiringan dengan ilmu pengetahuan dan kalau kita menggunakan logika manusia biasa hal itu sungguh sangat tidak masuk akal. Ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an itu bersifat selamanya. Dan ini juga tidak menutup kemungkinan bahwa dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih maju lagi, bukti-bukti akan kebenaran Al-Qur’an akan semakin terungkap. Wallahualam.

  1. Tafsir Al Azhar Juz 27, Prof.Dr. Hamka, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta.
  2. Al-Quran surat Al-Anbiyaa;21:32
http://17hari.wordpress.com/2010/03/15/tafsir-al-quran-tentang-penciptaan-langit/

Tidak ada komentar:

Posting Komentar