TAFSIR AYAT AL QUR’AN TENTANG TANDA
KEKUASAN ALLAH SURAT AL ANBIYA (21) AYAT 30
A.
Pendahuluan
Para
pakar ahli ilmu pengetahuan di abad modern ini masih menggali pengetahuan
tentang asal usul alam semesta. Mereka
belomba-lomba dengan teorinya masing-masing untuk mengungkapkan bahan pertama
yang membentuk alam semesta termasuk matahari dan planet-planet di dalamnya.
Akhir abad ke-20, mereka baru membuka tabir misteri luar angkasa yang padahal
Al-Qur’an 14 abad yang lalu sudah membicarakan dan memberikan kabar kepada
manusia tentang asal usul alam semesta ini. Akan tetapi, para ilmuan barat baru
memahami sekarang dengan teori yang mereka kenal; The Big Bang Theory. Tidak
sedikit ketika mereka memahami bahwa Al Qur’an memang berasal dari Tuhan dengan
kebenarannya, mereka masuk Islam.
Ajaran Islam memang ajaran yang
bisa di fahami dengan akal, karena pada dasarnya akal itu sendiri di ciptakan
untuk memahami ajaran Islam. Alangkah bodohnya orang yang telah mengetahui
kebenaran Islam tapi ia enggan untuk masuk Islam.
B. Asal Usul Alam Semesta Sebagai Tanda Kekuasaan Allah
dan Bantahan Terhadap Orang-Orang Kafir
أَوَلَمْ
يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا
فَفَتَقْنَاهُمَا
وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا يُؤْمِنُونَ (30)
At Tarjamah :
“ Dan apakah orang-orang yang kafir tidak mengetahui
bahwasanya langit dan bumi itu keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan antara keduanya. Dan dari air Kami jadikan segala sesuatu yang
hidup. Maka mengapakah mereka tiada juga beriman?”. [QS. Al Anbiya
(21) : 30 ]
C.
Ma’aaniya Al Musykilat
1.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ, Hamzah pada
lafadz أَوَلَمْ menunjukan lil inkari artinya pertanyaan yang bermakna
pengingkaran atau bantahan. و –nya diathofkan kepada ayat sebelumnya. Sedangkan maksud ar
ru’yah adalah ma’na yang mendalam yang berarti : Hai orang-orang kafir! Apakah
kalian tidak berfikir dan tidak mengetahui ?.
2.
كَانَتَا رَتْقًا, Imam Al Akhfasy berkata : Lafadz كَانَتَا menunjukan penggabungan langit dan bumi
sebagaimana disebutkan dalam surat Faathir : 41
إِنَّ اللَّهَ يُمْسِكُ
السَّمَاوَاتِ وَالْأَرْضَ أَنْ تَزُولَا وَلَئِنْ زَالَتَا إِنْ أَمْسَكَهُمَا
مِنْ أَحَدٍ مِنْ بَعْدِهِ إِنَّهُ كَانَ حَلِيمًا غَفُورًا (41)
Artinya : “
Sesungguhnya Allah menahan langit dan bumi supaya jangan lenyap; dan sungguh
jika keduanya akan lenyap tidak ada seorangpun yang dapat menahan keduanya
selain Allah. Sesungguhnya Dia adalah Maha Penyantun lagi Maha Pengampun “.[1]
3. فَفَتَقْنَاهُمَا
, ya’ni terpisah suatu bagian dari bagian yang lain, lalu kami tinggikan langit
dan menetapkan Bumi pada tempatnya.[2]
4.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, ya’ni kita hidup dengan air yang Allah
turunkan dari langit untuk menghidupkan segala sesuatu, termasuk hewan dan tumbuhan.
Ma’nanya adalah air itu merupakan unsure penyebab hidupnya makhluk hidup.
Dikatakan : yang dimaksud air adalah air mani. Mayoritas ahli tafsir
berpendapat : “ Ini adalah hujjah bagi kaum musyrikin terhadap kekuasaan Allah
dan keluasan ciptaan-Nya “.
5.
أَفَلَا يُؤْمِنُونَ, untuk mengingkari mereka, karena mereka tidak beriman. Padahal
telah ada ketetapan dari tanda-tanda tuhan mereka.[3]
D.
Ma’na Al Ijmaly
a.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Pada ayat ini Allah SWT menegaskan tentang kekuasaannya yang
sempurna dan Maha Agung atas seluruh makhluknya. Allah menciptakan langit dan
Bumi beserta segala isinya adalah dalil akan keberadaan wujudnya. Ia menyatakan
pertanyaan yang berma’na pengingkaran sebagai bantahan kepada siapa saja yang
tidak mengakui eksistensi dirinya. Nalar orang-orang kafir di gugah oleh ayat
di atas dengan menyatakan : Dan apakah orang-orang kafir belum juga
menyadari apa yang telah Kami jelaskan melalui ayat yang lalu dan tidak
melihat , yakni menyaksikan dengan mata hati dan pikiran sejelas pandangan
mata bahwa langit dan bumi keduanya dahulu adalah suatu yang padu, kemudian
Kami pisahkan keduanya.[4]
b.
وَجَعَلْنَا مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ, Dan Kami
jadikan dari air yang tercurah dari langit, yang terdapat di dalam bumi dan
yang terpancar dalam bentuk sperma segala sesuatu yang hidup. Maka
apakah mereka buta sehingga mereka tidak juga beriman tentang
keesaan dan kekuasaan Allah SWT? Atau belum juga percaya bahwa tidak ada satu
pun dari makhluk yang terdapat di langit dan di bumi yang wajar dipertuhankan?
E.
Tafsir At Tafsily
a.
أَوَلَمْ يَرَ الَّذِينَ كَفَرُوا أَنَّ السَّمَاوَاتِ
وَالْأَرْضَ كَانَتَا رَتْقًا فَفَتَقْنَاهُمَا, Para ahli tafsir menafsirkan ayat ini menurut perkembangan
pengetahuan yang ada pada zamannya. Ibnu Katsir menafsirkan bahwa tujuh lapis
langit dengan bumi kita ini asal mulanya adalah bersatu padu, lalu Allah
memisahkan keduanya. Tujuh lapis langit naik ke atas dan tujuh lapis bumi di
hamparkan. Di antara langit yang terdekat yaitu langit dunia dan bumi kita ini
dipisahkan dengan udara (hawa). Maka langit pun menurunkan hujan, bumi
menumbuhkan tumbuhan.[5]
Menurut
riwayat Ibnu Abi Hatim, diterimanya dari ayahnya, dari Ibrahim bin Abi Hamzah,
menyampaikan kepada kami Hatim dari Hamzah bin Abi Muhammad, ’Abdillah bin
Dinar dari Ibnu ’Umar; bahwa datang seseorang kepada beliau bertanya tentang
hal langit yang banyak itu dan bumi, yang mulanya sekepal lalu Allah
memisahkannya. Kemudian Ibnu ‘Umar berkata: “Pergilah kepada tuan Syaikh dan
tanyakan kepada beliau, setelah itu kembali kepadaku dan katakana apa
jawabannya”. Maka orang itupun pergi kepada Ibnu ‘Abbas menanyakannya.
Lalu Ibnu Abbas menjawab: “ Benar! Mulanya langit sekepal tidak menurunkan
hujan, bumi pun sekepal tidak ada yang tumbuh. Tatkala Allah menciptakan
penghuni bagi bumi, langit pun ditakdirkan untuk menurunkan hujan dan bumi
ditakdirkan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan “.
Setelah menerima jawaban
tersebut orang itu pun kembali kepada Ibnu ‘Umar dan menceritakan jawaban itu.
Maka berkatalah Ibnu Umar: “ Sekarang tahulah aku bahwa Ibnu Abbas telah diberi
ilmu Al-Qur’an. Dia memang benar keadaannya”, kata Ibnu Umar selanjutnya: “
Telah pernah aku katakan bahwa aku kagum atas keberanian Ibnu Abbas menafsirkan
Al-Qur’an! Sekarang tahulah aku bagaimana mendalamnya ilmu yang telah diberikan
kepadanya ”.[6]
Para ahli tafsir berbeda
pandapat tentang ma’na firman Allah; langit dan bumi yang bersatu padu.
Diantara mereka berpendapat
bahwa; Mulanya langit dan bumi itu menyatu, lalu Allah memisahkannya dan menjadikannya
tujuh lapis langit dan tujuh lapis bumi.[7]
Dari Ikrimah : Keduanya bersatu
padu dan tidak keluar sesuatu pun dari keduanya, lalu terpisahlah langit dengan
adanya hujan dan bumi dengan tumbuhnya pepohonan, sebagaimana firman Allah
dalam surat Ath Thoriq : 11-12
وَالسَّمَاءِ
ذَاتِ الرَّجْعِ (11) وَالْأَرْضِ ذَاتِ الصَّدْعِ (12)
Artinya : “ Demi langit yang
mengandung hujan. Dan bumi yang mempunyai tumbuh-tumbuhan ”.[8]
Dalam tafsir Al-Muntakhab
dikemukakan dua diantara sekian banyak teori tersebut.
Teori yang pertama, berkaitan dengan terciptanya tata
surya. Disini disebutkan bahwa kabut disekitar matahari
menyebar dan melebar pada ruangan yang dingin. Butir-butir kecil gas yang
membentuk kabut bertambah tebal pada atom-atom debu yang bergerak amat cepat.
Atom-atom itu kemudian mengumpul, akibat terjadinya benturan dan akumulasi,
dengan membawa kandungan sejumlah gas berat. Seiring dengan berjalannya waktu,
akumulasi itu semakin bertambah besar sehingga membentuk planet-planet, bulan
dan bumi dengan jarak yang sesuai. Penumpukan itu sendiri mengakibatkan
bertambah kuatnya tekanan yang pada gilirannya membuat temperatur bertambah
tinggi. Dan pada aat kulit bumi mengkristal karena dingin, dan melalui proses
sejumlah letusan larva yang terjadi setelah itu, bumi memperoleh sejumlah besar
uap air dan karbondioksida akibat surplus larva yang mengalir. Salah satu
faktor yang membantu terbentuknya oksigen yang segar di udara setelah itu
adalah aktivitas dan interaksi sinar matahari melalui asimilasi sinar bersama
tumbuhan generasi awal dan rumput-rumputan.[9]
Selanjutnya dikemukakan oleh
para pakar penyusun tafsir Al Muntakhob itu bahwa teori kedua dan
yang dapat difahami dari firman Allah di atas menyatakan bahwa bumi dan langit
pada dasarnya tergabung secara koheren sehingga tampak seolah satu masa. Hal
ini sesuai dengan penemuan mutakhir mengenai teori terjadinya alam raya.
Menurut penemuan itu, sebelum terbentuk seperti sekarang ini, bumi merupakan
kumpulan sejumlah besar kekuatan atom-atom yang saling berkaitan dan di bawah
tekanan sangat kuat yang hampir tidak dapat dibayangkan oleh akal. Selain itu,
penemuan mutakhir itu juga menyebutkan bahwa semua benda langit sekarang
beserta kandungan-kandungannya, termasuk di dalamnya tata surya dan bumi,
sebelumnya terakumulasi sangat kuat dalam bentuk bola dan jari-jarinya tidak
lebih dari tiga juta mil. Lanjutan firman Allah yang berbunyi ’...fa
fataqnaahuma...’ merupakan isyarat tentang apa yang terjadi pada cairan atom
pertamanya berupa ledakan dahsyat yang mengakibatkan tersebarnya benda-benda
alam raya ke seluruh penjuru yang berakhir dengan terciptanya berbagai benda
langit yang terpisah, termasuk tata surya dan bumi.[10]
b. أَفَلَا
يُؤْمِنُونَ وَجَعَلْنَا
مِنَ الْمَاءِ كُلَّ شَيْءٍ حَيٍّ, “Dan dari air kami jadikan
segala sesuatu yang hidup”, yakni pangkal bagi setiap yang hidup. Imam
Ahmad meriwayatkan dari Abi Hurairah RA, dia berkata: “ Aku berkata, wahai
Rasulullah, sesungguhnya apabila aku melihatmu, maka senanglah hatiku dan suka
citalah aku. Maka beritahukanlah kepadaku ihwal segala perkara. Beliau
bersabda, ‘Segala makhluk tercipta dari air’. Aku berkata beritahukanlah
kepadaku sebuah amalan yang jika aku lakukan, maka aku akan masuk surga. Beliau
bersabda, ‘Sebarkanlah ucapan salam, berilah makanan, sambungkanlah tali
silaturrahim dan dirikanlah shalat malam tatkala orang-orang terlelap tidur.
Kemudian Allah akan memasukanmu ke dalam surga dengan aman’ ”. ( HR. Ahmad
)[11]
Ada yang memahami ayat ini
dalam arti segala yang hidup membutuhkan air atau pemeliharaan kehidupan segala
sesuatu adalah dengan air, atau Kami jadikan dari cairan yang terpancar dari
shulbi (sperma) segala yang hidup ya’ni dari jenis binatang.
Para pengarang tafsir Al
Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah dibuktikan kebenarannya melalui
penemuan lebih dari satu cabang ilmu pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang
susunan dan fungsi sel ) misalnya, menyatakan bahwa air adalah komponen
terpenting dlam pembentukan sel yang merupakan satuan banggunan pada setiap
makhluk hidup, baik hewan maupun tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air
adalah unsure yang sangat penting pada setiap interaksi dan perubahan yang
terjadi di dalam tubuh makhluk hidup. Air berfungsi sebagai media, factor
pembantu, bagian dari proses interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses
interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat
dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi
itu akan berarti kematian.[13]
F.
Tafsir Kontekstual
1) Asal Usul
Alam Semesta
Ayat
ini dipahami oleh sementara ilmuwan sebagai salah satu mukjizat Al Qur’an yang
mengungkap peristiwa penciptaan planet-planet. Banyak teori ilmiah yang
dikemukakan oleh para pakar dengan bukti-bukkti yang cukup kuat, yang
menyatakan bahwa langit dan bumi tadinya merupakan satu gumpalan atau yang
diistilahkan oleh ayat ini dengan ratqan, lalu gumpalan itu terpisah
sehingga terjadilah pemisahan antara bumi dan langit. Memang kita tidak dapat
memperatasnamakan Al Qur’an mendukung teori tersebut, namun agaknya tidak ada
salahnya teori-teori itu memperkaya pemikiran kita untuk memahami maksud firman
Allah di atas.[14]
Pada
abad ke-20 ini, tepatnya pada tahun 1927, Georges E. Lemaitre (1894-1966) ahli
kosmologi Belgia telah mengutarakan suatu teori yang terkenal bernama ‘ The Big
Bang Theory ‘ ( Teori Dentuman Besar ), yang menyatakan bahwa alam semesta
bermula dari ledakan atom pertama. Menurut teori ini, pada akhir zaman semua
benda-benda yang di alam semesta akan berkumpul kembali ke satu pusat yang
sama, yang bernama lubang hitam ( black hole ).[15]
Sepanjang
1920-an, para ahli astronomi mengetahui bahwa alam semesta terlihat mengembang
ke segala arah, dan hal itu membingungkan mereka. Lemaitre mengatakan bahwa
setiap benda di alam semesta pada suatu waktu merupakan kesatuan seperti bola
salju. Bola ini kemudian meledak dan terpecah, seperti halnya
serpihan-sepihan yang terlempar ketika bola salju menghantam dinding.
Meskipun kejadian itu telah
berlangsung pada masa lampau, tetapi bagian-bagian alam semesta; berbagai
galaksi dan bintang-bintang yang kita kenal kini tetap bergerak memisah.
Lemaitre menamakan ledakan ‘atom pertama’ (primeval atom) yang mengawali alam
semesta itu ‘dentuman besar (big bang)’. Kini, teori ‘dentuman besar’ alam
semesta ini diakui oleh semua astronom dunia.[16]
Edwin Hubble menemukan melalui
teleskopnya bahwa galaksi menjauh dari Bumi pada kecepatan sebanding dengan
jaraknya. Semakin jauh jarak sebuah galaksi, semakin besar kecepatannya menjauh
dari Bumi. Setiap jarak 1 tahun cahaya, sebuah galaksi menjauh pada kecepatan
16 km/ detik. Artinya,
alam semesta mengembang dalam kecepatan tak terbayangkan.[17]
2)
Keajaiban Air
Para
pengarang tafsir Al Muntakhab berkomentar bahwa ayat ini telah
dibuktikan kebenarannya melalui penemuan lebih dari satu cabang ilmu
pengetahuan. Sitologi ( Ilmu tentang susunan dan fungsi sel ) misalnya,
menyatakan bahwa air adalah komponen terpenting dlam pembentukan sel yang
merupakan satuan banggunan pada setiap makhluk hidup, baik hewan maupun
tumbuhan. Sedang biokimia menyatakan bahwa air adalah unsure yang sangat
penting pada setiap interaksi dan perubahan yang terjadi di dalam tubuh makhluk
hidup. Air berfungsi sebagai media, factor pembantu, bagian dari proses
interaksi, atau bahkan hasil dari sebuah proses interaksi itu sendiri. Sedangkan fisiologi menyatakan bahwa air sangat
dibutuhkan agar masing-masing organ dapat berfungsi dengan baik. Hilangnya fungsi
itu akan berarti kematian.[18]
G.
Al Khulaashoh
1)
Allah SWT mengajak orang-orang kafir untuk menggunakan nalarnya bahwa jika
mereka berfikir dan mengetahui langit dan bumi itu mulanya bersatu padu, lalu
dengan kekuasaan-Nya terpisahlah langit dan bumi sebagai tanda-tanda kebesaran
Allah.
2)
Segala sesuatu yang hidup itu berasal dari air dan air merupakan sumber
kehidupan makhluk hidup di muka bumi.
3) Orang-orang yang mengingkari tanda-tanda kebesaran
Allah berarti mereka kafir.
4) Kebenaran absolut ajaran Islam bisa dibuktikan secara
ilmiah.
5) Hendaknya orang-orang mu’min bertambah keimanannya
setelah mengetahui akan kebanaran Al Qur’an yang telah dibuktikan oleh
fisikawan modern.
.
Daftar Pustaka
Abul Fida Ismail Ibnu Katsir Al
Kursyi Ad Damsyiqi. Tafsir Ibnu Katsir. Beirut : Al Ashriyah. 2000
Buya HAMKA. Tafsir Al Azhar.
Jakarta : Pustaka Panjimas. 1983
Imam Ath Thobary. Jaami’ul
Bayan Fii Ta’wil Al Qur’an. Beirut : Daar Al Kutub Al Alamiyah. 1992
Muhammad Nasib Ar Rifa’I. Ringkasan
Tafsir Ibnu Katsir, Depok : Gema Insani. 2000
Quraish Shihab. Tafsir Al Misbah.
Pengantar
Al-Quran adalah
pedoman yang wajib diikuti oleh semua umat muslim di manapun dia berada.
Al-Quran adalah sumber hukum bagi orang islam dalam menjalani setiap amal
ibadahnya kepada Allah subhanahu wa ta’ala. Karena dari Al-Quranlah kita dapat
memahami apa saja yang diperintahkan Allah untuk dikerjakan dan apa saja yang
Allah larang kepada kita untuk dilakukan. Al-Quran juga adalah sebuah bukti
keagungan Allah, dengan mukjizat yang Dia turunkan ini maka kita menyadari
bahwa sebenarnya tidak mungkin Nabi Muhammad yang membuatnya, karena di
dalamnya terdapat hal – hal ghaib dan wawasan yang luar biasa luas yang tidak
mungkin seorang dapat mengetahuinya dengan sendirinya.
Bila seorang
muslim mengikuti ajaran agamanya yang ada dalam Al-Quran, maka niscaya ia akan
mendapatkan kebahagiaan di dunia juga di akhirat. Semua yang terkandung dalam
Al-Quran adalah kebaikan dan kebenaran, maka seorang muslim dalam melaksanakan
semua aktivitas – aktivitasnya seharusnya menjadikan Al-Quran sebagai landasan
baginya untuk beramal dan beraktivitas. Dan orang yang paling mengikuti
Al-Quran dalam kegiatan dan, aktivitas, dan amalannya adalah Nabi Muhammad. Hal
ini dijelaskan oleh Aisyah istri Rasulullah bahwasanya
akhlak Nabi
Muhammad adalah Al-Quran, yang artinya bahwa setiap tindakan dan aktivitas yang
dilakukan oleh Rasulullah semuanya berlandaskan Al-Quranul Karim. Maka sudah
seharusnya bagi kita, ummat Nabi Muhammad agar mengikuti tuntunan Nabi kita
yaitu Nabi Muhammad dengan cara mengamalkan apa yang ada di Al-Quran, atau
setidaknya kita berusaha untuk mengamalkannya. Akan tetapi bila kita termasuk
orang yang hanya membaca Al-Quran saja, maka kita pun sudah mendapatkan pahala
dari bacaan kita, apalagi jika kita dapat mengamalkan yang ada di dalam
Al-Quran, yang notabene tidak semua dari kita dapat melakukannya.
Al-Qur’an
merupakan ayat-ayat yang diturunkan oleh Allah kepada manusia agar manusia
mengerti dan tahu terutama tentang alam sekitaranya yang pada waktu itu manusia
masih memilki pengetahuan yang minim tentang alam semesta. Pada zaman Nabi dan
para sahabat, banyak hal-hal yang masih bersifat misteri tantang ayat-ayat yang
diturunkan Allah. Setelah ilmu pengetahuan berkembang, banyak ayat-ayat
Al-Quran terbukti berjalan seiringan dengan ilmu pengetahuan. Saat manusia
masih buta tentang alamnya, Al-Qur’an datang dengan membawa perubahan.
Bab I. Surah Al-Baqarah Tentang Penciptaan
Langit
Salah satu bukti
bahwa Al-Quran adalah mukjizat yang agung adalah, dalam Al-Quran kita dapat
mendapati fenomena – fenomena keilmuan yang mana fenomena-fenomena tersebut
baru dapat diketahui dan dianalisa pada zaman modern ini. Salah satu contoh
adalah keajaiban dalam bidang astonomi. Banyak ayat dalam Al-Quran yang
menyatakan tentang penciptaan alam semsta, diantaranya adalah firman Allah yang
berbunyi :
” Dia-lah Allah yang menjadikan segala yang
ada di bumi untuk kamu dan dia berkehendak (menciptakan) langit, lalu
dijadikan-Nya tujuh langit. Dan Dia Maha Mengetahui segala sesuatu[1]”
Al-Qur’an Surat Al Baqarah 2;29
Dalam ayat ini
dikatakan bahwa Allah sendiri yang menciptakan langit dan bumi, karena kata dhamir yang digunakan dalam ayat
ini adalah huwa yang
artinya dia seseorang. Maka dalam ayat ini kita dapat melihat kebesaran Allah
dalam menciptakan bumi dan langit, yang Dia lakukan sendiri tanpa bantuan dari
siapapun, karena Allah Maha Kuat dan Maha Agung. Allah juga Maha Mengetahui,
maka ilmu pengetahuan Allah meliputi segalanya, termasuk ilmu tentang
penciptaan alam semesta. Pengertian ini sama dengan yang terkandung dalam ayat
lainnya
”Apakah Allah yang menciptakan itu tidak
mengetahui (yang kalian lahirkan dan yang kalian sembunyikan) ?”[2]
Al-Qur’an Surat Al-Mulk 67; 14
Pengertian ini
juga sama dalam ayat yang lainnya:
“Katakanlah:
Sesungguhnya patutkah kalian kafir kepada yang menciptakan bumi dalam dua masa
dan kalian adakan sekutu-sekutu bagi-Nya? (Yang bersifat ) demikian itulah
Tuhan semesta alam. Dan Dia menciptakan di bumi itu gunung-gunung yang kokoh di
atasnya. Dia memberkahinya dan Dia menentukan padanya kadar makanan-makanan
(penghuni) nya dalam empat masa. (Penjelasan itu sebagai jawaban) bagi
orang-orang yang bertanya. Kemudian Dia menuju kepada penciptaan langit, dan
langit itu masih merupakan asap, lalu Dia berkata kepadanya dan kepada
bumi,’datanglah kamu berdua menurut perintah-Ku dengan suka hati atau
terpaksa’. Keduanya menjawab,’Kami datang dengan suka hati’. Maka Dia
menjadikan tujuh langit dalam dua masa dan Dia mewahyukan pada tiap-tiap langit
urusannya. Dan Kami hiasi langit yang dekat dengan bintang-bintang yang
cemerlang dan Kami memeliharany dengan sebaik-baiknya. Demikianlah ketentuan
Yang Maha Perkasa lagi Maha Mengetahui.”[3]
Al-Quran Surat Fushilat 41; 9-12
ayat
di atas menjelaskan bahwa Allah menciptakan bumi dan langit dengan
tahapan-tahapan dan fungsinya masing-masing.Kembali kepada penjelasan surat
al-Baqarah ayat 29, yaitu ketika sahabat Ibnu Abbas, Ibnu Mas’ud dan beberapa
sahabat lainnya menafsirkan tentang ayat ini berkata,” Pada mulanya Allah
menjadikan air dan metakkan ‘Arasy di atasnya, kemudian ketika akan menjadikan
makhluk, Dia mengeluarkan uap air dikeringkan dan Dia menjadikannya tanah,
kemudian membelahnya menjadi tujuh petaka dalam dua hari: Ahad dan Senin. Lalu
meletakkan bumi di atas ikan yang tersebut dalam ayat 1 surat al-Qalam. Ikan
besar (nun) berada di
dalam air. Ar berada di atas permukaan batu, sedangkan batu berada di atas
panggung malikat. Malaikat berada di atas batu besar dan batu besar berada di
atas angin. Batu besar inilah yang disebut Luqman bahwa ia bukan berada di
langit, bukan pula di bumi. Kemudian ikan besar itu bergerak, maka goncanglah
bumi, lalu Allah memasang pasak yang berupa gunung-gunung, sehingga bumi
menjadi tenang.[4]
Mungkin tanpa
adanya perkembangan sains, kita tidak akan mempercayai semua yang tertulis
dalam Al-Quran. Tapi dengan adanya teknologi sekarang yang berkembang
menyebutkan bahwa pada dasarnya bumi itu sendiri memiliki lapisan-lapisan lagit
yang berjumlah beberapa lapisan. Setiap lapisan-lapisan itu sendiri mempunyai
fungsi dan ketinggian yang berbeda satu sama lain. “Para ilmuan menemukan bahwa
atmosfer terdiri dari beberapa bagian. Lapisan-lapisan tersebut berbeda
dariciri-ciri fisik, seperti tekanan dan jenis gasnya. Lapisan yang terdekat
dengan bumi disebut dengan troposfer. Ia membentuk sekitar 90% dari keseluruhan
massa atmosfer. Lapisan di atas troposfer stratosfer. Lapisan ozon adalah
bagian dari stratosfer di mana terjadi penyerapan sinar ultraviolet. Lapisan di
atas stratosfer disebut mesosfer. Termosfer berada di atas mesosfer. Gas-gas
terionisasi membentuk suatu lapisan dalam termosfer yang disebut ionosfer.
Bagian terluar atmosfer bumi membentang dari sekitar 480 km hingga 960 km.
bagian ini dinamakan eksosfer.”[5]
Bab II Kekuasaan Allah Dalam Penciptaan
Langit
Ayat kedua yang
menceritakan tentang alam semesta terdapat dalam surat Adz-Dzariyat pada ayat 47. Allah berfirman:“Dan langit itu kami bangun dengan kekuasaan/
tangan (Kami) dan sesungguhnya Kami benar-benar meluaskannya”
Ayat ini juga
menandakan bahwasanya Allah itu Maha Agung, dan hanya milik Allah saja semua
yang ada di langit dan di bumi. Kekuasaan Allah yang Maha Luas itu dapat kita
rasakan bila kita selaku muslim bisa menyadarinya. Dengan selalu menambah
wawasan agamanya dan terus belajar maka kita tahu bahwa semua yang ada di
sekitar kita adalah milik Allah, maka tidak sepatutnya bagi manusia untuk
menyombongkan dirinya. Semakin banyak yang diketahui tentang kekuasaan Allah
itu, bertambah pula kesadran bahwa ilmu yang dimiliki manusia sangatlah
terbatas.
Sebagian ulama,
terutama ulama-ulama terdahulu memaknai kata aydin dengan tangan yang sesungguhnya. Jadi Allah benar-benar
memiliki tangan secara hakiki. Adapun sebagian ulama yang lainnya, yaitu
ulama-ulama kontemporer memaknai kata tersebut dengan kekuasaan. Adapun yang
mengartikannya dengan tangan, maka hanya Allah saja yang mengetahui bagaimana
tangan-Nya itu.[6]
Ayat diatas
berbentuk kalimat nominal atau aljumlahismimiyah,
yang bertujuan li
ta’kid wal istimrar dan itu mengindikasikan bahwa proses yang
dikemukakan pada ayat ini berlangsung secara terus menerus. Makna bana yang tercantum pada ayat
diatas, dalam konteks penciptaan langit (as-sama’) dipergunakan oleh
Al-Qur’an dalam beberapa ayatnya yang lain dengan makna: kekuatan, otoritas,
kontrol. Jadi penciptaan langit / galaksi dilakukan atau ditangani dengan
control langsung dari Allah dengan system yang berlangsung. Selanjutnya,
ungkapan wa inna lamusiuna
yang menggunakan ism fail semakin memperbuat makana keberlangsungan proses
penciptaan galaksi-galaksi ini, dan lafal ini menunjukkan bahwa: galaksi /
langit it uterus menerus berkembang dan melakukan ekspansi. Hal tersebut
sejalan dengan sifat hukum singularitas alam semesta, yang telah diteliti oleh
para ilmuan akhir abad-20.[7]
Dengan dua ayat
yang telah diungkapkan di atas, maka dapat dibuktikan bahwa Al-Quran adalah
kitab yang universal, yang tidak hanya berisi tentang kaidah-kaidah agama saja.
Dan yang paling penting adalah bahwa kebenaran yang terdapat dalam Al-Quran,
terutama tentang alam semesta dapat dibuktikan dengan perkembangan sains.
Di dalam
Al-Quran masih banyak ayat-ayat yang berkaitan dengan penciptaan alam semesta.
Di antaranya adalah surat Az-Zumar Allah berfirman:”Dia menciptakan langit dan bumi dengan (tujuan) yang benar; Dia
menutupkan malam atas siang dan menutupkan siang atas malam[8].” Ayat ini berbicara tentang
fungsi langit dan bumi. Di dalam ayat yang lain Allah juga berfirman : :”Dan Kami menjadikan langit itu sebagai atap
yang terpelihara, sedang mereka berpaling dari segala tanda-tanda (kekuasaan
Allah) yang ada padanya[9].”Ayat
ini berbicara juga tentang fungsi langit bagi kehidupan manusia.
Dan masih banyak
ayat-ayat lainnya yang tidak hanya berbicara tentang penciptaan alam semesta,
akan tetapi juga berbicara tentang ilmu pengetahuan lainnya ataupun hal-hal
yang berhubungan dengan sains. Maka kita bisa menyatakan bahwa sesungguhnya
Al-Quran ternyata kaya makna.
Kesimpulan
Al-Qur’an
diturunkan pada masa Nabi Muhammad SAW atau 1400 tahun dari sekarang. Bisa
dipastikan pada saat itu teknologi dan perkembanan ilmu pengetahuan tidak
sepesat sekarang. Pada jaman dulu, benda angkasa yang paling jauh yang bisa
dilihat oleh manusia di bumi hanyalah bintang, dan bentuknya-pun hanya
titik-titik kecil. Kalau dibandingkan dengan sekarang, dengan menggunakan
teknologi yang maju kita dapat menyaksikan kekuasaan Tuhan yang Maha Besar.
Kita, manusia itu sendiri merupakan satu titik kecil ditengah angkasa raya yang
sangat besar.
Bukti-bukti
Al-Qur’an yang selama ini diketahui tidak bersinggungan dengan ilmu-ilmu
pengetahuan terutama astronomi. Seperti sudah dipaparkan diatas tadi tentang
ulasan-ulasan mengenai berbagai ayat-ayat Al-Qur’an yang membahas tentang
ilmu-ilmu astronomi yang mengindikasikan bahwa Al-Qur’an itu sendiri bersifat
universal dan selamanya. Hal ini dapat dilihat dari ayat-ayat yang diturunkan
pada masa Nabi Muhammad sampai masa sekarang masih terbukti kebenarannya. Hal
yang diutarakan 1400 tahun sebelum kita ternyata masih terbukti sampai sekarang
dan berjalan seiringan dengan ilmu pengetahuan dan kalau kita menggunakan
logika manusia biasa hal itu sungguh sangat tidak masuk akal. Ini menjadi bukti
bahwa Al-Qur’an itu bersifat selamanya. Dan ini juga tidak menutup kemungkinan
bahwa dengan semakin berkembangnya ilmu pengetahuan yang lebih maju lagi,
bukti-bukti akan kebenaran Al-Qur’an akan semakin terungkap. Wallahualam.
- Tafsir Al Azhar Juz 27, Prof.Dr. Hamka, PT. Pustaka Panjimas, Jakarta.
- Al-Quran surat Al-Anbiyaa;21:32
Tidak ada komentar:
Posting Komentar