A. PENDAHULUAN
Pada awalnya, metode Penelitian dan
Pengembangan (Research and Development) mulai diterapkan pada dunia industri
dan merupakan ujung tombak dari suatu industri dalam menghasilkan produk-poduk
baru yang dibutuhkan oleh pasar. Hampir 4% biaya digunakan untuk penelitian dan
pengembangan dalam bidang industri, bahkan untuk bidang-bidang tertentu (komputer,
farmasi) hampir melebihi 4% (Borg and Hall:1989). Dalam bidang sosial dan
pendidikan, peranan Research and Development masih sangat kecil dan kurang dari
1% dari biaya pendidikan secara keseluruhan.Unfortunately, R & D still
plays a minor role in education. Less than one percent of education
expenditures are for this purpose. This is probably one of the main reason why
progress in education has logged for behind progress in other field. ( Borg and
hall, 1989:773)
Pada masa lalu, penelitian dalam bidang
pendidikan tidak diarahkan pada pengembangan suatu produk, tetapi ditujukan
untuk menemukan pengetahuan baru berkenaan dengan fenomena-fenomena yang
bersifat fundamental, serta praktik-praktik pendidikan. Penelitian tentang
fenomena-fenomena fundamental pendidikan tersebut dilakukan melalui penelitian
dasar (basic research), sedang penelitian tentang praktik pendidikan dilakukan
melalui penelitian terapan (applied research). Beberapa penelitian terapan
secara sengaja diarahkan pada pengembangan produk, beberapa penelitian lain
mengembangkan suatu produk secara tidak sengaja, karena dalam penelitiannya
mengandung atau menuntut pengembangan produk. Penelitian dan pengembangan
merupakan metode penghubung atau pemutus kesenjangan antara penelitian dasar
dengan penelitian terapan. Sering dihadapi adanya kesenjangan antara
hasil-hasil penelitian dasar yang bersifat teoritis dengan penelitian terapan
yang bersifat praktis. Kesenjangan ini dapat dihilangkan atau disambungkan
dengan penelitian dan pengembangan. Sesuatu produk yang dihasilkan tentu saja
memiliki karakteristik-karakteristik tertentu. Karakteristik tersebut merupakan
perpaduan dari sejumlah konsep, prinsip, asumsi, hipotesis, prosedur berkenaan
dengan sesuatu hal yang telah ditemukan atau dihasilkan dari penelitian dasar.
Educational Research and Development biasa
juga disebut Research Based Development. “ Educational Research and Development
is a process used to develop and validate educational products” (Borg and Gall;
1989:772). Penelitian dan Pengembangan adalah suatu proses atau langkah-langkah
untuk mengembangkan suatu produk baru atau menyempurnakan produk yang telah
ada. Yang dimaksud dengan produk dalam konteks ini adalah tidak selalu
berbentuk hardware (buku, modul, alat bantu pembelajaran di kelas dan
laboratorium), tetapi bisa juga perangkat lunak (software) seperti program
untuk pengolahan data, pembelajaran di kelas, perpustakaan atau laboratorium,
ataupun model- model pendidikan, pembelajaran pelatihan, bimbingan, evaluasi,
manajemen,dll. Karakteristik Research & Development adalah penelitian ini
berbentuk “siklus” , yang diawali dengan adanya kebutuhan, permasalahan yang
membutuhkan pemecahan dengan suatu produk tertentu. Dalam bidang pendidikan,
produk-produk yang dihasilkan melalui penelitian R & D diharapkan dapat
meningkatkan produktivitas pendidikan, yaitu lulusan yang jumlahnya banyak,
berkualitas, dan relevan dengan kebutuhan. Produk-produk pendidikan misalnya
kurikulum yang spesifik untuk keperluan pendidikan tertentu, metode mengajar,
media pendidikan, buku ajar , modul, kompetensi tenaga kependidikan, sistem
evaluasi, model uji kompetensi, penataan ruang kelas, , model unit produksi,
Khusus dalam bidang pengembangan kurikulum, para pengembang jarang menggunakan
metode penelitian dan pengembangan. Para pengembang kurikulum seringkali
menggunakan metode atau pendekatan filosofis dan akademik dan kurang memberikan
perhatian pada temuan-temuan empiris. Sebagaimana yang diuraikan oleh Borg and
Hall (1989:773): Educational R & D is sometimes equated with curriculum
development. This is a mistaken notion. Curriculum development does not
necessarily involve the use of R&D methodology. For example, curriculum
development is often guided by a curriculum philosophy or academic discipline
rather than by the findings of empirical research.
Pengembangan kurikulum didasarkan atas landasan-landasan filosofis dan
konseptual untuk mencapai tujuan-tujuan ideal. Di pihak lain, pengembangan
kurikulum lebih ditekankan pada penguasaan segi-segi akademis, penguasaan
bidang-bidang ilmu. Beberapa pengembang kurikulum juga mengunakan pendekatan
empiris, kurikulum lebih diarahkan pada penguasaan pengetahuan, kemampuan, dan
kecakapan- 6 kecakapan yang dibutuhkan para pengguna. Penyusunan dan
penyempurnaan kurikulum didasarkan atas fakta-fakta di lapangan menggunakan
penelitian dan pengembangan
B. ISI
1. R & D Versi Dick and Carey
Model Dick – Carey adalah model desain Instruksional yang dikembangkan oleh
Walter Dick, Lou Carey dan James O Carey. Model ini adalah salah satu dari
model prosedural, yaitu model yang menyarankan agar penerapan prinsip disain
Instruksional disesuaikan dengan langkah-langkah yang harus di tempuh secara
berurutan.
Model Dick – Carey tertuang dalam Bukunya The Systematic Design of Instruction
edisi 6 tahun 2005. Perancangan Instruksional menurut sistem pendekatan model
Dick & Carey terdapat beberapa komponen yang akan dilewati di dalam proses
pengembangan dan perencanaan tersebut.
Model Dick and Carey terdiri dari 10
langkah. Setiap langkah sangat jelas maksud dan tujuannya sehingga bagi
perancang pemula sangat cocok sebagai dasar untuk mempelajari model desain yang
lain. Kesepuluh langkah pada model Dick and Carey menunjukan hubungan yang
sangat jelas, dan tidak terputus antara langkah yang satu dengan yang lainya.
Dengan kata lain, system yang terdapat pada Dick and Carey sangat ringkas,
namun isinya padat dan jelas dari satu urutan ke urutan berikutnya.
Model ini termasuk ke dalam model
prosedural. Langkah–langkah Desain Pembelajaran menurut Dick and Carey adalah:
a. Mengidentifikasikan tujuan umum pembelajaran.
b. Melaksanakan analisi pembelajaran
c. Mengidentifikasi tingkah laku masukan dan karakteristik siswa
d. Merumuskan tujuan performansi
e. Mengembangkan butir–butir tes acuan patokan
f. Mengembangkan strategi pembelajaran
g. Mengembangkan dan memilih materi pembelajaran
h. Mendesain dan melaksanakan evaluasi formatif
i. Merevisi bahan pembelajaran
j. Mendesain dan melaksanakan evaluasi sumatif.
Berikut penjabaran langkah-langkahnya
a. Identifikasi Tujuan (Identity
Instructional Goal(s)).
Tahap awal model ini adalah menentukan apa
yang diinginkan agar pebelajar dapat melakukannya ketika mereka telah
menyelesaikan program Instruksional. Tujuan Instruksional mungkin dapat
diturunkan dari daftar tujuan, dari analisis kinerja (performance analysis),
dari penilaian kebutuhan (needs assessment), dari pengalaman praktis
dengan kesulitan belajar pebelajar, dari analisis orang-orang yang melakukan
pekerjaan (Job Analysis), atau dari persyaratan lain untuk instruksi
baru. Langkah ini sangat sesuai dengan kurikulum perguruan tinggi maupun
sekolah menengah dan sekolah dasar, khususnya dalam mata pelajaran tertentu di
mana tujuan pembelajaran pada kurikulum agar dapat melahirkan suatu rancangan
pembangunan.
b. Melakukan Analisis Instruksional (Conduct
Instructional Analysis)
Langkah ini, pertama mengklasifikasi
tujuanke dalam ranah belajar Gagne, menentukan langkah-demi-langkah apa yang
dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan
bawahan / subordinat).
Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional adalah untuk menentukan
keterampilan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (entry
behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai
Instruksional. Peta konsep akan menggambarkan hubungan di antara semua
keterampilan yang telah diidentifikasi.
c. Analisis Pembelajar dan Lingkungan (Analyze
Learners and Contexts)
Langkah ini melakukan analisis pembelajar,
analisis konteks di mana mereka akan belajar, dan analisis konteks di mana
mereka akan menggunakannya. Keterampilan pembelajar, pilihan, dan sikap yang
telah dimiliki pembelajar akan digunakan untuk merancang strategi
Instruksional.
d. Merumuskan Tujuan Performansi (Write
Performance Objectives)
Pernyataan-pernyataan tersebut berasal
dari keterampilan yang diidentifikasi dalam analisis Instruksional, akan mengidentifikasi
keterampilan yang harus dipelajari, kondisi di mana keterampilan yang harus
dilakukan, dan kriteria untuk kinerja yang sukses.
e. Pengembangan Tes Acuan Patokan (Develop
Assessment Instruments).
Berdasarkan tujuan performansi yang telah
ditulis, langkah ini adalah mengembangkan butir-butir penilaian yang sejajar
(tes acuan patokan) untuk mengukur kemampuan siwa seperti yang diperkirakan
dari tujuan. Penekanan utama berkaitan diletakkan pada jenis keterampilan yang
digambarkan dalam tujuan dan penilaian yang diminta.
f. Pengembangan Siasat Instruksional (Develop
Instructional Strategy).
Bagian-bagian siasat Instruksional
menekankan komponen untuk mengembangkan belajar pebelajar termasuk kegiatan
praInstruksional, presentasi isi, partisipasi peserta didik, penilaian, dan
tindak lanjut kegiatan.
g. Pengembangan atau Memilih Material
Instruksional (Develop and Select Instructional Materials).
Ketika kita menggunakan istilah bahan
Instruksional kita sudah termasuk segala bentuk Instruksional seperti panduan
guru, modul, overhead transparansi, kaset video, komputer berbasis multimedia,
dan halaman web untuk Instruksional jarak jauh. maksudnya bahan memiliki
konotasi.
h. Merancang dan Melaksanakan Penilaian
Formatif (Design and Conduct Formative Evaluation of Instruction).
Ada tiga jenis evaluasi formatif yaitu
penilaian satu-satu, penilaian kelompok kecil, dan penilaian uji lapangan.
Setiap jenis penilaian memberikan informasi yang berbeda bagi perancang untuk
digunakan dalam meningkatkan Instruksional. Teknik serupa dapat diterapkan pada
penilaian formatif terhadap bahan atau Instruksional di kelas.
i. Revisi Instruksional (Revise
Instruction).
Strategi Instruksional ditinjau kembali
dan akhirnya semua pertimbangan ini dimasukkan ke dalam revisi Instruksional
untuk membuatnya menjadi alat Instruksional lebih efektif.
j. Merancang dan Melaksanakan Evaluasi
Sumatif (Design And Conduct Summative Evaluation).
Hasil-hasil pada tahap di atas dijadikan
dasar untuk menulis perangkat yang dibutuhkan. Hasil perangkat selanjutnya
divalidasi dan diujicobakan di kelas/ diimplementasikan di kelas dengan
evaluasi sumatif.
Penggunaan model Dick and Carey dalam
pengembangan suatu mata pelajaran dimaksudkan agar (1) pada awal proses
pembelajaran anak didik atau siswa dapat mengetahui dan mampu melakukan hal–hal
yang berkaitan dengan materi pada akhir pembelajaran, (2) adanya pertautan
antara tiap komponen khususnya strategi pembelajaran dan hasil pembelajaran yang
dikehendaki, (3) menerangkan langkah–langkah yang perlu dilakukan dalam
melakukan perencanaan desain pembelajaran.
2. Versi Borg and Gall
Menurut Borg and Gall (1989:782), yang
dimaksud dengan model penelitian dan pengembangan adalah “a process
used develop and validate educational product”. Kadang-kadang penelitian
ini juga disebut ‘research based development’, yang muncul sebagai
strategi dan bertujuan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Selain untuk
mengembangkan dan memvalidasi hasil-hasil pendidikan, Research and
Development juga bertujuan untuk menemukan pengetahuan-pengetahuan
baru melalui ‘basic research’, atau untuk menjawab pertanyaan-pertanyaan
khusus tentang masalah-masalah yang bersifat praktis melalui ‘applied research’,
yang digunakan untuk meningkatkan praktik-praktik pendidikan. Dalam penelitian
ini Research and Developmentdimanfaatkan untuk menghasilkan model
pelatihan keterampilan sebagai upaya pemberdayaan, sehingga kemampuan
masyarakat petani dalam berusaha dapat berkembang.
Menurut Borg dan Gall (1989: 783-795),
pendekatan Reseach and Development (R & D) dalam
pendidikan meliputi sepuluh langkah, yaitu:
a. Studi Pendahuluan
Langkah pertama ini meliputi analisis kebutuhan, studi pustaka, studi
literature, penelitian skala kecil dan standar laporan yang dibutuhkan.
i. Analisis Kebutuhan:
Untuk melakukan analisis kebutuhan ada beberapa kriteria, yaitu 1) Apakah
produk yang akan dikembangkan merupakan hal yang penting bagi pendidikan? 2)
Apakah produknya mempunyai kemungkinan untuk dikembangkan? 3) Apakah SDM yang
memiliki keterampilan, pengetahuan dan pengalaman yang akan mengembangkan
produk tersebut ada? 4) Apakah waktu untuk mengembangkan produk tersebut cukup?
ii. Studi Literatur: Studi
literatur dilakukan untuk pengenalan sementara terhadap produk yang akan
dikembangkan. Studi literatur ini dikerjakan untuk mengumpulkan temuan riset
dan informasi lain yang bersangkutan dengan pengembangan produk yang
direncanakan.
iii. Riset Skala Kecil:
Pengembang sering mempunyai pertanyaan yang tidak bisa dijawab dengan mengacu
pada reseach belajar atau teks professional. Oleh karenanya pengembang perlu
melakukan riset skala kecil untuk mengetahui beberapa hal tentang produk yang
akan dikembangkan.
b. Merencanakan Penelitian
Setelah melakukan studi pendahuluan, pengembang dapat melanjutkan langkah
kedua, yaitu merencanakan penelitian. Perencaaan penelitian R & D meliputi:
1) merumuskan tujuan penelitian; 2) memperkirakan dana, tenaga dan waktu; 3) merumuskan
kualifikasi peneliti dan bentuk-bentuk partisipasinya dalam penelitian.
Langkah ini meliputi: 1) Menentukan desain produk yang akan dikembangkan
(desain hipotetik); 2) menentukan sarana dan prasarana penelitian yang
dibutuhkan selama proses penelitian dan pengembangan; 3) menentukan tahap-tahap
pelaksanaan uji desain di lapangan; 4) menentukan deskripsi tugas pihak-pihak
yang terlibat dalam penelitian.
d. Preliminary Field Test
Langkah ini merupakan uji produk secara terbatas. Langkah ini meliputi: 1)
melakukan uji lapangan awal terhadap desain produk; 2) bersifat terbatas, baik
substansi desain maupun pihak-pihak yang terlibat; 3) uji lapangan awal dilakukan
secara berulang-ulang sehingga diperoleh desain layak, baik substansi maupun
metodologi.
e. Revisi Hasil Uji Lapangan Terbatas
Langkah ini merupakan perbaikan model atau desain berdasarakan uji lapangan
terbatas. Penyempurnaan produk awal akan
dilakukan setelah dilakukan uji coba lapangan secara terbatas. Pada tahap
penyempurnaan produk awal ini, lebih banyak dilakukan dengan pendekatan
kualitatif. Evaluasi yang dilakukan lebih pada evaluasi terhadap proses,
sehingga perbaikan yang dilakukan bersifat perbaikan internal.
f. Main Field Test
Langkah merupakan uji produk secara lebih luas. Langkah ini meliputi 1)
melakukan uji efektivitas desain produk; 2) uji efektivitas desain, pada
umumnya, menggunakan teknik eksperimen model penggulangan; 3) Hasil uji
lapangan adalah diperoleh desain yang efektif, baik dari sisi substansi maupun
metodologi.
g. Revisi Hasi Uji Lapangan Lebih Luas
Langkah ini merupakan perbaikan kedua setelah dilakukan uji lapangan yang
lebih luas dari uji lapangan yang pertama. Penyempurnaan produk dari hasil uji lapangan lebih luas ini akan lebih
memantapkan produk yang kita kembangkan, karena pada tahap uji coba lapangan
sebelumnya dilaksanakan dengan adanya kelompok kontrol. Desain yang digunakan
adalah pretest dan posttest. Selain perbaikan yang bersifat internal.
Penyempurnaan produk ini didasarkan pada evaluasi
hasil sehingga pendekatan yang digunakan adalah pendekatan kuantitatif.
h. Uji Kelayakan
Langkah ini meliputi sebaiknya dilakukan dengan skala besar: 1) melakukan
uji efektivitas dan adaptabilitas desain produk; 2) uji efektivitas dan
adabtabilitas desain melibatkan para calon pemakai produk; 3) hasil uji
lapangan adalah diperoleh model desain yang siap diterapkan, baik dari sisi
substansi maupun metodologi.
i. Revisi Final Hasil Uji Kelayakan
Langkah ini akan lebih menyempurnakan produk yang sedang dikembangkan.Penyempurnaan produk akhir dipandang perlu untuk lebih
akuratnya produk yang dikembangkan. Pada tahap ini sudah didapatkan suatu produk
yang tingkat efektivitasnya dapat dipertanggungjawabkan. Hasil penyempurnaan
produk akhir memiliki nilai “generalisasi” yang dapat diandalkan.
j. Desiminasi dan Implementasi Produk Akhir
Laporan hasil dari
R & D melalui forum-forum ilmiah, ataupun melalui media massa. Distribusi produk harus
dilakukan setelah melalui quality control.
Teknik analisis data, langkah-langkah dalam proses penelitian dan
pengembangan dikenal dengan istilah lingkaran research dan development menurut
Borg and Gall terdiri atas :
a. meneliti hasil penelitian yang berkaitan dengan produk yang akan
dikembangkan,
b. mengembangkan produk berdasarkan hasil penelitian,
c. uji lapangan
d. mengurangi devisiensi yang ditemukan dalam tahap ujicoba lapangan.
3. Versi 4D
Metode pengembangan (Development Research)
dengan menggunakan pendekatan pengembangan model 4D (four-D model). Adapun
tahapan model pengembangan meliputi tahap pendefinisian (define), tahap
perancangan (design), tahap pengembangan (develop) dan tahap ujicoba
(disseminate). Tahapan yang dilakukan pada penelitian ini baru sampai pada
tahap pengembangan (develop).
Secara garis besar keempat tahap tersebut
sebagai berikut (Trianto, 2007 : 65 – 68).
a. Tahap Pendefinisian (define).
Tujuan tahap ini adalah menentapkan dan mendefinisikan syarat-syarat
pembelajaran di awali dengan analisis tujuan dari batasan materi yang
dikembangkan perangkatnya. Tahap ini meliputi 5 langkah pokok, yaitu: (a)
Analisis ujung depan, (b) Analisis siswa, (c) Analisis tugas. (d) Analisis
konsep, dan (e) Perumusan tujuan pembelajaran.
b. Tahap Perencanaan (Design ).
Tujuan tahap ini adalah menyiapkan prototipe perangkat pembelajaran. Tahap
ini terdiri dari empat langkah yaitu, (a) Penyusunan tes acuan patokan,
merupakan langkah awal yang menghubungkan antara tahap define dan tahap design.
Tes disusun berdasarkan hasil perumusan Tujuan Pembelajaran Khusus (Kompetensi
Dasar dalam kurikukum KTSP). Tes ini merupakan suatu alat mengukur terjadinya
perubahan tingkah laku pada diri siswa setelah kegiatan belajar mengajar, (b)
Pemilihan media yang sesuai tujuan, untuk menyampaikan materi pelajaran, (c)
Pemilihan format. Di dalam pemilihan format ini misalnya dapat dilakukan dengan
mengkaji format-format perangkat yang sudah ada dan yang dikembangkan di
negara-negara yang lebih maju.
c. Tahap Pengembangan (Develop).
Tujuan tahap ini adalah untuk menghasilkan perangkat pembelajaran yang
sudah direvisi berdasarkan masukan dari pakar. Tahap ini meliputi: (a) validasi
perangkat oleh para pakar diikuti dengan revisi, (b) simulasi yaitu kegiatan
mengoperasionalkan rencana pengajaran, dan (c) uji coba terbatas dengan siswa
yang sesungguhnya. Hasil tahap (b) dan (c) digunakan sebagai dasar revisi.
Langkah berikutnya adalah uji coba lebih lanjut dengan siswa yang sesuai dengan
kelas sesungguhnya.
d. Tahap penyebaran (Disseminate).
Pada tahap ini merupakan tahap penggunaan perangkat yang telah dikembangkan
pada skala yang lebih luas misalnya di kelas lain, di sekolah lain, oleh guru
yang lain. Tujuan lain adalah untuk menguji efektivitas penggunaan perangkat di
dalam KBM.
4. Versi ADDIE
Ada satu model desain pembelajaran yang lebih sifatnya lebih generik yaitu
model ADDIE (Analysis-Design-Develop-Implement- Evaluate). ADDIE muncul pada
tahun 1990-an yang dikembangkan oleh Reiser dan Mollenda.Salah satu fungsinya
ADIDE yaitu menjadi pedoman dalam membangun perangkat dan infrastruktur program
pelatihan yang efektif, dinamis dan mendukung kinerja pelatihan itu sendiri.
Model ini menggunakan 5 tahap pengembangan yakni :
a. Analysis (analisa)
b. Design (disain / perancangan)
c. Development (pengembangan)
d. Implementation (implementasi/eksekusi)
e. Evaluation (evaluasi/ umpan balik)
Langkah 1: Analisis
Tahap analisis merupakan suatu proses mendefinisikan apa yang akan
dipelajari oleh peserta belajar, yaitu melakukan needs assessment (analisis
kebutuhan), mengidentifikasi masalah (kebutuhan), dan melakukan analisis tugas
(task analysis). Oleh karena itu, output yang akan kita hasilkan adalah berupa
karakteristik atau profile calon peserta belajar, identifikasi kesenjangan,
identifikasi kebutuhan dan analisis tugas yang rinci didasarkan atas kebutuhan.
a. Analisis Kinerja
Analisis Kinerja
dilakukan untuk mengetahui dan mengklarifikasi apakah masalah kinerja yang
dihadapi memerlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran atau
perbaikan manajemen.
Contoh :
Contoh :
i. Kurangnya pengetahuan dan ketrampilan menyebabkan
rendahnya kinerja individu dalam organisasi atau perusahaan, hal ini
diperlukan solusi berupa penyelenggaraan program pembelajaran.
ii. Rendahnya motivasi berprestasi, kejenuhan, atau
kebosanan dalam bekerja memerlukan solusi perbaikan kualitas manajemen.Misalnya
pemberian insentif terhadap prestasi kerja, rotasi dan promosi, serta
penyediaan fasilitas kerja yang memadai.
b. Analisis Kebutuhan
Analisis kebutuhan
merupakan langkah yang diperlukan untuk menentukan kemampuan-kemampuan atau
kompetensi yang perlu dipelajari oleh siswa untuk meningkatkan kinerja atau
prestasi belajar.
Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.
Pada saat seorang perancang program pembelajaran melakukan tahap analisis, ada dua pertanyaan kunci yang yang harus dicari jawabannya, yaitu :
Hal ini dapat dilakukan apabila program pembelajaran dianggap sebagai solusi dari masalah pembelajaran yang sedang dihadapi.
Pada saat seorang perancang program pembelajaran melakukan tahap analisis, ada dua pertanyaan kunci yang yang harus dicari jawabannya, yaitu :
i. Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dibutuhkan oleh siswa?
ii. Apakah tujuan pembelajaran yang telah ditentukan, dapat dicapai oleh siswa?
Jika hasil
analisis data yang telah dikumpulkan mengarah kepada pembelajaran sebagai
solusi untuk mengatasi masalah pembelajaran yang sedang dihadapi, selanjutnya
perancang program pembelajaran melakukan analisis kebutuhan dengan cara
menjawab beberapa pertanyaan lagi.
Pertanyaannya sebagai berikut :
Pertanyaannya sebagai berikut :
a. Bagaimana karakteristik siswa yang akan mengikuti
program pembelajaran? (learner analysis )
b. Pengetahuan dan ketrampilan seperti apa yang telah
dimiliki oleh siswa?(pre-requisite skills)
c. Kemampuan atau kompetensi apa yang perlu dimiliki oleh
siswa? (task atau goal analysis)
d. Apa indikator atau kriteria yang dapat digunakan untuk
menentukan bahwa siswa telah mencapai kompetensi yang telah ditentukan setelah
melakukan pembelajaran? (evaluation and assessment)
e. Kondisi seperti apa yang diperlukan oleh siswa agar
dapat memperlihatkan kompetensi yang telah dipelajari? (setting or condition
analysis)
Langkah 2: Desain
Tahap ini dikenal juga dengan istilah membuat rancangan (blueprint). Ibarat
bangunan, maka sebelum dibangun gambar rancang bangun (blue-print) diatas
kertas harus ada terlebih dahulu. Apa yang kita lakukan dalam tahap desain ini?
Pertama merumuskan tujuan pembelajaran yang SMAR (spesifik, measurable,
applicable, dan realistic). Selanjutnya menyusun tes, dimana tes tersebut harus
didasarkan pada tujuan pembelajaran yag telah dirumuskan tadi. Kemudian
tentukanlah strategi pembelajaran yang tepat harusnya seperti apa untuk
mencapai tujuan tersebut. Dalam hal ini ada banyak pilihan kombinasi metode dan
media yang dapat kita pilih dan tentukan yang paling relevan. Disamping itu,
pertimbangkan pula sumber-sumber pendukung lain, semisal sumber belajar yang
relevan, lingkungan belajar yang seperti apa seharusnya, dan lainlain. Semua
itu tertuang dalam sautu dokumen bernama blue-print yang jelas dan rinci.
Langkah 3: Pengembangan
Pengembangan adalah proses mewujudkan blue-print alias desain tadi menjadi
kenyataan. Artinya, jika dalam desain diperlukan suatu software berupa
multimedia pembelajaran, maka multimedia tersebut harus dikembangkan. Atau diperlukan
modul cetak, maka modul tersebut perlu dikembangkan. Begitu pula halnya dengan
lingkungan belajar lain yang akan mendukung proses pembelajaran semuanya harus
disiapkan dalam tahap ini. Satu langkah penting dalam tahap pengembangan adalah
uji coba sebelum diimplementasikan. Tahap uji coba ini memang merupakan bagian
dari salah satu langkah ADDIE, yaitu evaluasi. Lebih tepatnya evaluasi
formatif, karena hasilnya digunakan untuk memperbaiki sistem pembelajaran yang
sedang kita kembangkan.
Langkah 4: Implementasi
Implementasi adalah langkah nyata untuk menerapkan sistem pembelajaran yang
sedang kita buat. Artinya, pada tahap ini semua yang telah dikembangkan
diinstal atau diset sedemikian rupa sesuai dengan peran atau fungsinya agar
bisa diimplementasikan. Misal, jika memerlukan software tertentu maka software
tersebut harus sudah diinstal. Jika penataan lingkungan harus tertentu, maka
lingkungan atau seting tertentu tersebut juga harus ditata. Barulah
diimplementasikan sesuai skenario atau desain awal.
Langkah 5: Evaluasi
Evaluasi adalah proses untuk melihat apakah sistem pembelajaran yang sedang
dibangun berhasil, sesuai dengan harapan awal atau tidak. Sebenarnya tahap
evaluasi bisa terjadi pada setiap empat tahap di atas. Evaluasi yang terjadi
pada setiap empat tahap diatas itu dinamakan evaluasi formatif, karena
tujuannya untuk kebutuhan revisi. Misal, pada tahap rancangan, mungkin kita
memerlukan salah satu bentuk evaluasi formatif misalnya review ahli untuk
memberikan input terhadap rancangan yang sedang kita buat. Pada tahap
pengembangan, mungkin perlu uji coba dari produk yang kita kembangkan atau
mungkin perlu evaluasi kelompok kecil dan lainlain.
5. Versi Kemp
Secara singkat, menurut model ini terdapat beberapa langkah dalam
penyusunan sebuah bahan ajar, yaitu:
a. Menentukan tujuan dan daftar topik,menetapkan tujuan umum untuk
pembelajaran tiap topiknya;
b. Menganalisis karakteristik pelajar, untuk siapa pembelajaran tersebut
didesain;
c. Menetapkan tujuan pembelajaran yang ingin dicapai dengan syarat dampaknya
dapat dijadikan tolak ukur perilaku pelajar;
d. Menentukan isi materi pelajaran yang dapat mendukung tiap tujuan;
e. Pengembangan prapenilaian/ penilaian awal untuk menentukan latar belakang
pelajar dan pemberian level pengetahuan terhadap suatu topik;
f. Memilih aktivitas pembelajaran dan sumber pembelajaran yang menyenangkan
atau menentukan strategi belajar-mengajar, jadi siswa siswa akan mudah
menyelesaikan tujuan yang diharapkan;
g. Mengkoordinasi dukungan pelayanan atau sarana penunjang yang meliputi
personalia, fasilitas-fasilitas, perlengkapan, dan jadwal untuk melaksanakan
rencana pembelajaran;
h. Mengevaluasi pembelajaran siswa dengan syarat mereka menyelesaikan
pembelajaran serta melihat kesalahankesalahan dan peninjauan kembali beberapa
fase dari perencanaan yang membutuhkan perbaikan yang terus menerus, evaluasi
yang dilakukan berupa evaluasi formatif dan evaluasi sumatif
DAFTAR PUSTAKA
Dadang, Hidayat. 2010. Peran Penelitian
Research & Development Dalam Meningkatkan Kualitas Pembelajaran Di
Pendidikan Teknologi Dan Kejuruan. Diambil dariwww.google.com
http://alik3505.blogspot.com/2010/10/model-addie.html
b Melakukan Analisis Instruksional (Conduct
Instructional .4nalvsis) Landkah jni pernma men 2klasifikass tujuanke dalam ranah belajar Gagne. menentukan langkah-demi-langkah apa yang dilakukan orang ketika mereka melakukan tujuan tersebut (mengenali keterampilan bawahan subordinat) Langkah terakhir dalam proses analisis Instruksional athlah untuk menentukan keterampi lan, pengetahuan, dan sikap, yang dikenal sebagai perilaku masukan (enoy behaviors), yang diperlukan peserta didik untuk dapat memulai Instruksional.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar